Soeharto adalah presiden kedua Republik Indonesia yang wafat pada 27 Januari 2006.
Soeharto menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia selama 32 tahun pada periode Orde Baru 1966-1998.
Pada Kamis (27/1/2022), merupakan peringatan 14 tahun wafatnya Soeharto.
Untuk mengenang perjuangan beliau, berikut ini profil Soeharto yang dirangkum :
Profil Soeharto
Soeharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta, tanggal 8 Juni 1921.
Dikutip dari laman Perpusnas, ayah Soeharto bernama Kertosudiro yang berprofesi sebagai seorang petani yang juga sebagai pembantu lurah dalam pengairan sawah desa, sedangkan ibunya bernama Sukirah.
Soeharto masuk sekolah tatkala berusia delapan tahun, tetapi sering pindah.
Semula disekolahkan di Sekolah Desa (SD) Puluhan, Godean.
Kemudian, ia pindah ke SD Pedes, lantaran ibunya dan suaminya, Pak Pramono, pindah rumah ke Kemusuk Kidul.
Namun, Pak Kertosudiro lantas memindahkannya ke Wuryantoro.
Soeharto dititipkan di rumah adik perempuannya yang menikah dengan Prawirowihardjo, seorang mantri tani.
Masa Kecil Soeharto
Ketika Soeharto belum berusia 40 hari, sang ibu menitipkan anaknya kepada Mbah Kromodiryo, seorang dukun bayi yang membantu proses kelahiran Soeharto, dikutip dari Gramedia.
Soeharto tinggal di rumah Mbah Kromo sekitar empat tahun.
Selama ia tinggal bersama Mbah Kromo, Soeharto belajar dan tumbuh sebagai anak petani.
Soeharto sering diajak Mbah Kromo pergi ke sawah untuk membajak sawah bersama kerbau, mencari dan menangkap belut.
Orang tua Soeharto berpisah, ibu dan ayahnya sama-sama menikah lagi.
Setelah sang ibu menikah lagi, ia mengambil Soeharto dari Mbah Kromo untuk kembali tinggal bersamanya.
Beberapa kali ayah kandung Seoharto datang untuk melihat keadaan Soeharto.
Pendidikan
Soeharto masuk sekolah dasar pada usia delapan tahun dan beberapa kali pernah pindah sekolah.
Pada awal masuk sekolah, Soeharto bersekolah di Sekolah Dasar (SD) Puluhan, Godean.
Namun, ketika ibu dan ayah tirinya pindah rumah ke Kemusuk Kidul, maka Soeharto juga pindah sekolah ke Sekolah Dasar (SD) Pedes.
Hal itu membuat Kertosudiro (ayah kandung Soeharto) khawatir akan masa depan anaknya.
Ayah Soeharto lalu menitipkan Soeharto kepada keluarga Prawirowihardjo (adik ipar Kertosudiro) yang bertempat tinggal di Wuryantoro, Purwodadi, Jawa Tengah.
Prawirowiharjo adalah seorang mantri tani dan ayahnya merupakan seorang pengusaha yang sudah terkenal, yaitu Sudwikatmono.
Soeharto sangat senang tinggal bersama paman dan bibinya, karena ia sering diajak ke sawah oleh pamannya, sehingga ia perlahan mengerti seluk beluk tentang dunia pertanian.
Ketika hendak melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama (SMP), Soeharto memilih untuk pulang ke kampung halamannya di Kemusuk.
Ia bersekolah di SMP Muhammadiyah di Yogyakarta, dimana dirinya selalu berangkat menggunakan sepeda.
Sayangnya, ketika ia hendak melanjutkan ke SMA, ekonomi keluarga terpuruk.
Akhirnya, ia mencari pekerjaan.
Soeharto sempat mendapatkan dua surat panggilan kerja sekitar tahun 1939.
Surat pertama adalah surat panggilan dari bank dan surat kedua adalah surat panggilan dari lembaga ketentaraan.
Soeharto lalu memilih berkarier di dunia militer.
Pernikahan Soeharto
Pada usia ke-26, Soeharto menikahi Siti Hartinah yang berusia 24 tahun.
Istri Soeharto merupakan putri dari Soemoharjomo, wedana di Wuryantoro.
Soemoharjomo adalah seorang pegawai Keraton Mangkunegaran, Surakarta.
Pernikahan Soeharto dan Siti Hartinah terlaksana pada tanggal 26 Desember tahun 1947 di Solo.
Sebenarnya, Soeharto dan Siti Hartinah saat di Wuryantoro sudah saling mengenal satu sama lain sejak masih anak-anak.
Soeharto berani masuk ke dalam pekarangan rumah kewedanan hanya untuk menemui Siti Hartinah.
Pernikahan yang terjadi antara Soeharto dan Siti Hartinah dikaruniai enam orang anak,yaitu tiga anak laki-laki dan tiga anak perempuan.
Mereka adalah Siti Hardijanti Hastuti, Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Hariyadi, Hutomo Mandala Putra, dan Siti Hutami Endang Adiningsih.
Istri Soeharto yang kerap disapa Bu Tien meninggal pada tanggal 28 April 1996, karena menderita penyakit jantung.
Ibu Tien disemayamkan di Astana Giri Bangun, Matesih, Karanganyar, Jawa Tengah.
Karier Militer Soeharto
Soeharto berkarier di lembaga militer TNI (Tentara Nasional Indonesia) sebelum menjabat sebagai Presiden.
Soeharto diangkat menjadi anggota TNI pada tanggal 5 Oktober 1945.
Ia diberikan tugas sebagai TNI untuk memimpin pasukan melawan aksi-aksi militer Belanda yang berusaha untuk kembali menjajah Indonesia.
Nama Soeharto semakin dikenal oleh banyak orang karena ia berperan penting dalam serangan untuk menguasai kota Yogyakarta pada 1 Maret 1949.
Soeharto memimpin serangan di Yogyakarta berdasarkan rencana Raja Yogyakarta, Gubernur, Militer, dan Menteri Pertahanan, Sri Sultan Hamengkubuwono IX.
Kemudian, Soeharto berhasil menjadi seorang tentara dengan pangkat Brigadir Jenderal dan memimpin Komando Mandala yang bertugas untuk merebut kembali Irian Barat.
Komando Mandala dilaksanakan pada tahun 1961, yang membawanya bisa berkenalan dengan Mayor Ali Moertopo, Kapten L.B Moerdani, dan Kolonel Laut Sudomo.
Ketiga orang itu merupakan orang-orang yang memiliki peran penting dan strategis.
Setelah selesai menjalankan tugas di Irian Barat dan kembali dari Indonesia Timur, Soeharto mendapat kenaikan pangkat.
Soeharto menjadi Mayor Jenderal, yang kemudian ditarik ke markas besar ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) oleh Jenderal A.H. Nasution.
Lalu, pada 1962, Soeharto mendapatkan kenaikan menjadi Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad).
Ketika ia menjabat sebagai Panglima Kostrad, Soeharto berperan dalam menumpas G30S yang melatarbelakangi tragedi pembunuhan enam jenderal dan satu perwira yang terjadi dini hari pada 1 Oktober 1965.
Soeharto bertindak atas perintah Presiden Soekarno yang sebelumnya mengeluarkan Surat Perintah Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) pada 1966, untuk mengambil dan menentukan segala tindakan supaya permasalahan ini terselesaikan dan dapat memulihkan keamanan dan ketertiban.
Karier Politik Soeharto sebagai Presiden Orde Baru
Soeharto mulai menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia sejak tahun 1966.
Namun, ia baru dilantik oleh MPRS pada tahun 1968.
Ketika masa awal menjadi Presiden Republik Indonesia, Soeharto belum mempunyai wakil Presiden.
Wakil Presiden pertama pada kepemimpinan Soeharto adalah Sultan Hamengkubuwono IX.
Soeharto membentuk Kabinet Pembangunan 1 pada masa kepemimpinannya.
Masa kerja Kabinet Pembangunan 1 adalah tanggal 6 Juni 1968 sampai 28 Maret 1973.
Presiden Soeharto memiliki enam wakil Presiden yang masing-masing menjabat setiap masa periode pemilu.
Soeharto sendiri menjabat selama enam periode, sehingga ia memiliki enam wakil yang berbeda pada setiap masa jabatan.
Akhir Pemerintahan Soeharto di Era Orde Baru
Dikutip dari Perpusnas, Soeharto memerintah lebih dari tiga dasa warsa atau enam kali Pemilu.
Soeharto mengundurkan diri sebagai Presiden pada 21 Mei 1998.
Ia pernah dirawat selama 24 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina, Jakarta Selatan, sebelum meninggal dunia pada Minggu, 27 Januari 2006.
Soeharto meninggal pada pukul 13.10 siang dalam usia 87 tahun.
(/Yunita Rahmayanti)
Artikel lain terkait Soeharto